Menonton Bobroknya Politik Dinasti di Negeri Ini, Parpol Tak Berdaya, Hanya Jadi Alat Stempel

Menonton Bobroknya Politik Dinasti di Negeri Ini, Parpol Tak Berdaya, Hanya Jadi Alat Stempel - Hallo sahabat News Beaking, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Menonton Bobroknya Politik Dinasti di Negeri Ini, Parpol Tak Berdaya, Hanya Jadi Alat Stempel, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Menonton Bobroknya Politik Dinasti di Negeri Ini, Parpol Tak Berdaya, Hanya Jadi Alat Stempel
link : Menonton Bobroknya Politik Dinasti di Negeri Ini, Parpol Tak Berdaya, Hanya Jadi Alat Stempel

Baca juga


    Menonton Bobroknya Politik Dinasti di Negeri Ini, Parpol Tak Berdaya, Hanya Jadi Alat Stempel





    Berita Metropolitan.com, Jakarta – Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilu untuk Rakyat (JPPR) Masykurudin Hafidz, mengatakan saat ini mulai ada politik dinasti untuk memenangkan pilkada.



    Pasalnya, calon kepala daerah dari dinas politik memiliki dua kekuatan, yakni modalitas serta popularitas.



    Dua kekuatan tersebut, menjadi daya tarik parpol untuk mengusung mereka di tengah keterbatasan sumber daya internal.



    "Parpol diuntungkan kalau mengusung calon pasangan dari dinasti politik. Mereka lebih mandiri dalam menghimpun dana dan tak sulit untuk membangun popularitas," ujarnya.



    Hal itu, sambung Hafidz, terlihat dari banyaknya dukungan parpol yang mengusung calon yang keluarganya sudah memiliki akar kuat di daerah.



    Biasanya hal itu terjadi di daerah yang minim kualitas sumber daya manusia. Meski hal itu juga membuktikan bahwa mesin parpol belum berjalan optimal dalam menghasilkan kader berkualitas.



    Akibatnya, parpol cuma menjadi alat stempel yang justru membuka ruang besar bagi kelanggengan dinasti politik.



    "Ini simbiosis mutualisme. Mesin parpol jadi tak perlu bekerja ekstra," tegasnya. 



    Meski sulit, Hafid berharap berhenti bersikap pragmatis dan menyadari daya rusak yang ditimbulkan oleh politik dinasti.



    Menurutnya, penting bagi partai politik membenahi sistem pencalonan dalam pilkada sehingga keluarga petahana tidak begitu saja menjadi calon.



    Artinya, ada sistem seleksi calon peserta pilkada yang berlangsung secara transparan sehingga rakyat pun dapat melihat kandidat yang berkualitas.



    Sebagai gambaran, kebobrokan politik dinasti di daerah terkuak sejak Gubernur Banten Atut Chosiyah terjerat kasus korupsi pada 2013. Praktik korupsi tersebut juga melibatkan kerabatnya.



    Sementara di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Bupati Banyuasin Yan Anton Ferdian ditangkap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi karena dugaan kasua suap. 



    Yan menjadi bupati menggantikan ayahnya, Amiruddin Inoed, yang juga pernah diperiksa KPK terkait masalah alih fungsi hutan.



    Pada Pilkada 2017, tercatat keluarga petahan maju di daerah masing-masing. Dodi Reza Alex, putra sulung Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin,  mendaftar di KPU Musi Banyuasin, Sumsel, untuk ikut pilkada di daerah itu.



    Dodi yang berpasangan dengan Beni Hernedi diusung 11 partai politik atau menyapu bersih semua kursi di DPRD Musi Banyuasin.



    Saat ini, Beni Hernedi adalah Pelaksana Tugas Bupati Musi Banyuasin. Beni menduduki posisi tersebut setelah Bupati Musi Banyuasin sebelumnya, Pahri Azhari, tersandung masalah hukum.



    Sementara, Istri Wali Kota Batu, Jawa Timur, Eddy Rumpoko, Dewanti Rumpoko, mendaftar untuk ikut Pilkada Kota Batu. Ia menggandeng Punjul Santoso, Wakil Wali Kota Batu periode 2012-2017.



    Adapun Andika Hazrumy, anak mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, tercatatsebagai bakal calon Wakil Gubernur Banten.



    Ia mendampingi Wahidin Halim, Wali Kota Tangerang periode 2003-2013 yang menjadi bakal calon gubernur. Wahidin-Andika menjadi pasangan pertama yang mendaftar di KPU Banten.



    Di Kalimantan Barat, anggota DPR dari Fraksi PDI-P, Karolin Margret Natasa, yang juga putri Gubernur Kalbar Cornelis, mendaftarkan diri menjadi peserta Pilkada Kabupaten Landak berpasangan dengan petahana Wakil Bupati Landak Heriadi. (Sumber: jpnn.com).






    Demikianlah Artikel Menonton Bobroknya Politik Dinasti di Negeri Ini, Parpol Tak Berdaya, Hanya Jadi Alat Stempel

    Sekianlah artikel Menonton Bobroknya Politik Dinasti di Negeri Ini, Parpol Tak Berdaya, Hanya Jadi Alat Stempel kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

    Anda sekarang membaca artikel Menonton Bobroknya Politik Dinasti di Negeri Ini, Parpol Tak Berdaya, Hanya Jadi Alat Stempel dengan alamat link https://1001berita1001.blogspot.com/2016/09/menonton-bobroknya-politik-dinasti-di.html

    Subscribe to receive free email updates:

    Related Posts :