Tak Ada Jembatan, Puluhan Tahun Mudik Naik Perahu Sebrangi Bengawan Solo

Tak Ada Jembatan, Puluhan Tahun Mudik Naik Perahu Sebrangi Bengawan Solo - Hallo sahabat News Beaking, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Tak Ada Jembatan, Puluhan Tahun Mudik Naik Perahu Sebrangi Bengawan Solo, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Tak Ada Jembatan, Puluhan Tahun Mudik Naik Perahu Sebrangi Bengawan Solo
link : Tak Ada Jembatan, Puluhan Tahun Mudik Naik Perahu Sebrangi Bengawan Solo

Baca juga


Tak Ada Jembatan, Puluhan Tahun Mudik Naik Perahu Sebrangi Bengawan Solo

Seorang warga menggunakan becak mengangkut barangnya setelah menyeberang Bengawan Solo menggunakan perahu dengan dibantu seorang anggota Polsek Kradenan, kemarin. (foto: dok-ib)
BLORA. Lantaran tidak tersedianya akses jembatan, warga Kecamatan Kradenan yang ada di Desa Medalem, Nglungger, Mendenrejo, Mojorembun, Sumber dan sekitarnya setiap tahun selama puluhan tahun harus menggunakan perahu tradisional untuk pulang kampung atau mudik saat lebaran tiba.

Merek lebih memilih lewat Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro lantas menyeberang menggunakan perahu tradisional menuju Kecamatan Kradenan, daripada harus memutar jauh puluhan kilometer melalui jembatan yang ada di Kecamatan Cepu.

Seperti yang terjadi sejak Jumat 23 Juni lalu hingga lebaran kemarin, Minggu (25/6) masih banyak warga yang memanfaatkan transportasi perahu tradisional di penyeberangan Desa Luwihaji Kecamatan Ngraho Bojonegoro menuju Desa Medalem Kecamatan Kradenan Blora.

Puluhan orang bersama motornya menyeberang sungai Bengawan Solo untuk mudik ke kampung halaman. (foto: dok-ib)
Tidak hanya mengangkut orang saja, perahu tradisional ini juga mengangkut barang-barang para pemudik bahkan hingga kendaraan bermotor yakni motor roda dua dan sejenisnya. Jika kondisi ramai, bisa menampung hingga 10 motor plus para pengandara dan barangnya.

Kondisi tersebut terjadi sejak pagi hari hingga matahari terbenam. Perahu yang dikelola secara bergantian oleh kedua desa yang saling berseberangan di dua kabupaten beda provinsi itu pun seolah menjai urat nadi utama transportasi di wilayah Kecamatan Kradenan menuju Jawa Timur.

Wardoyo, salah seorang warga yang hendak mudik ke kampung halamannya di Kradenan, mengatakan, jika tidak menyeberangi Sungai Bengawan Solo akan lebih lama karena lebih jauh sehingga ongkosnya lebih besar.

"Tarif penyeberangan disini hanya 2.000 rupiah per orang, dan 3.000 rupiah untuk satu unit motor yang ingin menyeberang. Sehingga lebih irit dan jaraknya lebih dekat meskipun resikonya memang bahaya jika arus sungainya sedang besar," kata Wardoyo.

Sudah puluhan tahun ia bersama rekan-rekan dan tetangga desanya memanfaatkan penyeberangan ini saat mudik ke kampung halaman. Ia berharap rencana pembangunan jembatan yang sudah lama didengungkan pemerintah bisa segera dilaksanakan.

Terpisah, Kapolsek Kradenan AKP Subardo, menambahkan bahwa mudik unik naik perahu di Desa Medalem ini sudah berlangsung lama. Hal itu akibat belum adanya jembatan penyeberangan yang permanen. Padahal pengajuan pembuatan jembatan sudah diusulkan pihak pemerintah desa Medalem sejak puluhan tahun yang lalu.

Sebagai bentuk pengamanan, pihaknya pun menerjunkan sejumlah personel untuk mendampingi operasional penyebrangan dan membantu warga menaikkan kendaraan serta barangnya dari perahu ke daratan. (ip-infoblora)


Demikianlah Artikel Tak Ada Jembatan, Puluhan Tahun Mudik Naik Perahu Sebrangi Bengawan Solo

Sekianlah artikel Tak Ada Jembatan, Puluhan Tahun Mudik Naik Perahu Sebrangi Bengawan Solo kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Tak Ada Jembatan, Puluhan Tahun Mudik Naik Perahu Sebrangi Bengawan Solo dengan alamat link https://1001berita1001.blogspot.com/2017/06/tak-ada-jembatan-puluhan-tahun-mudik.html

Subscribe to receive free email updates: